Rabu, 03 April 2013

Peripartum cardiomyopathy


Perjuangan Baru

"Hidup adalah perjuangan", begitulah ungkapan yang sering kita dengar....
Membuat kita selalu belajar, mendekatkan diri kepadaNYA agar kita bisa memenangkan perjuangan itu, agar menjadi orang yang lebih baik...
Sesuatu yang kita lalui adalah pengalaman, dimana pengalaman orang lain bisa menjadi wacana bagi kita buat belajar, saya juga ingin berbagi pengalaman luar biasa ini dan berharap bisa menambah wawasan kita mengenai Komplikasi Kehamilan bernama Peripartum cardiomyopathy.


Ketika saya divonis terkena  Peripartum cardiomyopathy dan dijelaskan oleh dokter jantung yang menangani saya, saya pun mencoba merangkum dari hasil googling mengenai "mahluk" ini.  Sebelumnya saya belum pernah mendengar adanya komplikasi kehamilan bernama Peripartum cardiomyopathy. Menurut dokter jantungku berdasarkan literatur penyakit ini terjadi pada 1 dari 3.000 kehamilan dan belum secara pasti diketahui penyebabnya.

Berikut hasil googling saya.....

Apakah Peripartum cardiomyopathy ? 
Kardiomiopati peripartum adalah bentuk dari dilated cardiomyopathy dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri, merupakan penyakit gagal jantung yang berhubungan dengan kehamilan atau keadaan setelah melahirkan.

Kardiomiopati peripartum biasanya terjadi pada satu bulan sebelum melahirkan atau dalam jangka waktu lima bulan setelah melahirkan pada wanita yang sebelumnya sehat. 

Penyebab dari kardiomiopati peripartum ini belum diketahui secara pasti dan mungkin melibatkan banyak faktor. Kardiomiopati peripartum termasuk penyakit yang jarang dan seringkali dapat mengancam jiwa,tingginya kematian akibat kardiomiopati peripartum seringkali berhubungan dengan keterlambatan atau kesalahan diagnosis, yang menimbulkan konsekuensi yang fatal bagi penderita kardiomiopati peripartum.

Meskipun kejadian kardiomiopati peripartum tidak terbatas pada usia, namun lebih sering terjadi pada wanita multipara dan hamil pada usia diatas 30 tahun.
Insiden kardiomiopati peripartum di dunia masih sangat sedikit diketahui, banyak penelitian yang dilakukan di USA, dan Afrika Selatan

Gejala kardiomiopati peripartum sama dengan gejala gagal jantung pada umumnya, gejala dan tanda awal kardiomiopati peripartum mungkin mirip seperti yang ditemukan pada kehamilan normal, seperti kaki bengkak, sesak pada saat beraktifitas, tidur dengan bantal tinggi, sering terbangun malam karena sesak, dan batuk-batuk yang menetap. Rasa tidak nyaman di perut karena pembesaran hati, dan nyeri kepala sering ditemukan sebagai gejala sekunder dari kardiomiopati peripartum. Hal ini sering membuat penegakan diagnosis kardiomiopati peripartum sering kali terlambat karena tenaga kesehatan dapat menganggap hal ini gejala kehamilan biasa atau kelelahan karena melahirkan dan sering terbangun malam.

(http://www.kardiologi-ui.com/newsread.php?id=386)

Saya sendiri mengalami gejala seperti kaki bengkak, batuk hebat mulai kehamilan 5 bulan sampai melahirkan, batuk ini merupakan batuk kering yang kondisi terparahnya terjadi di kehamilan 8-9 bulan, sangat menekan sampai sakit kepala, terkencing-kencing, muntah, sesak nafas dan harus tidur dengan bantal tinggi nyaris duduk. Alhasil saya benar-benar kurang tidur dan tensi saya satu kali sempat 150/100 yang sebelumnya selalu normal. Beginilah kaki saya saat 9 bulan :



Puncak serangan Peripartum cardiomyopathy terjadi pada satu hari setelah melahirkan, yaitu sesak nafas yang benar-benar payah sampai harus pakai oksigen. Untunglah SPOG saya langsung merujuk saya ke ahli jantung untuk diobservasi lebih lanjut. Malam itu juga saya di foto thorax dan di usg jantung, dan diketahui bahwa terjadi pembengkakan jantung sebelah kiri dan paru-paru terendam air, sehingga harus "dikuras".

Setelah melakukan "pengurasan" air dan pembatasan minum/cairan masuk, akhirnya sesak nafas dan batuk berangsur hilang. Hasil eco kedua diketahui tidak terjadi disfungsi pada jantung yang bengkak sehingga bisa kembali ke rumah untuk bertemu dengan Allena yang dipulangkan lebih dulu dari rumah sakit.

Terapi yang dilakukan adalah dengan membatasi air minum pada 2 bulan pertama hanya maksimal 1,5 liter, dan setelah itu bisa minum sampai maksimal 2 liter. Saya juga diharuskan membatasi kegiatan agar tidak terlalu capek dan mengkonsumsi secara rutin beberapa obat jantung, melakukan kontrol 1 bulan sekali untuk eco, ekg, dan konsultasi dengan dokter jantung minimal selama 5 bulan pasca persalinan. 

Alhamdulillah... Terima kasih ya Allah, masih Kau izinkan aku berkumpul kembali dengan suami dan anakku. Berilah kami ujian yang mampu kami lewati, dan jadikanlah kami lebih baik...Aamiin.

Alhamdulillah pada 6 Desember 2015 telah saya buat forum grup di WA atas saran beberapa bunda yang membaca blog ini dan email ke saya untuk memberikan wadah bagi para bunda yang sedang bingung karena divonis PPCM. Tujuan grup tersebut agar para bunda yang sedang mengalami dan sudah pulih dapat berbagi pengalaman untuk dapat berjuang melawan PPCM.

Bunda-bunda yang pastinya sedih divonis PPCM, jangan bersedih ya, bunda tidak sendiri, ayo bergabung di grup WA tersebut dengan mengirim no hp bunda ke email saya, InsyaAllah nantinya kita bisa mengedukasi masyarakat mengenai PPCM yang memang masih sulit ditemukan referensinya, agar para bunda waspada akan setiap gejala PPCM.

====================================================================
Assalamualaikum Wr Wb....


Izinkan saya untuk kembali berbagi mengenai kondisi saya setelah mengalami Peripartum cardiomyopathy. 


Pasca melahirkan saya terus berkonsultasi rutin ke dokter jantung sampai bulan ke 10. Pada bulan Oktober hasil ekg, eco jantung menunjukkan kondisi jantung saya telah pulih normal, dan sudah mendapat "lampu hijau" dari dokter spjp untuk melakukan aktivitas normal dan stop terapi obat jantung.

Setelah anak saya Allena berumur 1 tahun (desember 2013), pada bulan januari 2014 saya menghubungi dokter spog kembali untuk program hamil kedua, maksud kami ingin melakukan program inseminasi. Namun dokter spog saya menyarankan untuk melakukan proses alami dahulu selama 6 bulan, apabila belum berhasil hamil, baru melakukan program inseminasi. Saat itu saya hanya diberi vitamin Ovucare untuk persiapan kehamilan kedua secara alamai. Saya juga diberi pengantar ke dokter jantung untuk meyakinkan kondisi jantung sebelum memulai program hamil.

Bulan Februari 2014 saya sudah telat haid dan hasil beta hcg menunjukkan angka 1700, saya langsung kontrol ke dokter spog untuk melakukan pemeriksaan usg dan "mengaku dosa" kalau belum sempat kontrol ke dokter jantung sesuai pengantar yang diberikan dokter pada bulan lalu hehe...(maaf dokter...). 

Akhirnya dokter spog menekankan untuk segera kontrol ke dokter jantung, dan esok harinya saya langsung buat janji dengan dokter jantung untuk eco cardio, dan hasilnya semua masih menunjukkan kondisi aman/ normal dan tidak ada treatment khusus bagi saya yang sedang hamil, namun dokter spjp menyarankan untuk waspada pada gejala sesak napas ataupun pembengkakan kaki, apalagi kalau sudah tidak nyaman tidur kalau bantal tidak ditinggikan, jangan menganggap remeh gejala-gejala tersebut dan segera konsul ke dokter.

Menginjak hamil 5 bulan saya terkena batuk. Langsung konsul ke dokter dan diberi obat batuk herbal yang aman buat ibu hamil.Namun batuk terus terjadi sampai dokter spog dengan terpaksa harus melakukan langkah foto ronsen untuk mengetahui kondisi paru-paru. Khawatir banget lagi hamil harus ronsen, ternyata kalau foto ronsen lagi hamil bagian perut dan pinggang kebawah ditutupi oleh kain yang ada lempengannya agar tidak kena radiasi ronsen. Dan Alhamdulillah tidak ada penumpukan cairan di paru-paru.


Pada saat hamil 7 bulan saya harus mengikuti diklat di jogja, saat diklat saya mengalami kaki bengkak dan batuk ringan. Saya sudah sangat khawatir atas gejala tersebut, sehingga selama diklat 7 minggu di jogja saya rutin periksa tekanan darah di poliklinik tiap seminggu sekali, tiap dua minggu kontrol usg ke dokter spog di jogja dan meninggikan posisi kaki saat tidur. Alhamdulillah bengkak hilang setelah tidur dengan posisi kaki lebih tinggi. Hal ini menunjukkan tidak ada penumpukan cairan berlebihan dan kemungkinan hanya karena posisi duduk di kelas yang membuat kaki bengkak. (Kalau di kehamilan pertama dulu walau sudah di tinggikan posisi kaki, bengkak tetap tidak kempes).

Oya bunda, intermezo sedikit xixi, pulang dari diklat di jogja tepatnya di kehamilan minggu ke 36 saya menyempatkan foto hamil walau perutnya sudah besar sekali, mungkin bisa menginspirasi (xoxo...gak penting yah??? hehe)








Pada minggu ke 37, dengan berat bayi (saat usg) yang sudah 3,2 kg maka diputuskan untuk melakukan cesar di minggu ke 38. Tepatnya hari Rabu Tanggal 15 Oktober 2014 putri kedua kami lahir dengan sehat dan selamat, berat 3,530 kg dan tinggi 49 cm dan kami beri nama Alicia Sean Agatha. Alhamdulillah......




Setelah melahirkan saya juga tetap waspada atas segala gejala di pasca melahirkan, alhamdulillah sampai saat ini 7 bulan pasca melahirkan saya tidak mengalami sesak napas, tidak juga cepat lelah, pusing dan pembengkakan kaki. Semoga saya bisa selalu sehat untuk merawat kedua putri kami alle dan sean. Mohon doanya juga ya moms. Semoga bunda dan ayah yang di kehamilan bunda sebelumnya terkena ppcm mendapatkan gambaran bagaimana kondisi di kehamilan selanjutnya seperti yang saya alami ini. Walaupun tetap ada potensi keterjadian ppcm di kehamilan selanjutnya, tetaplah berfikir positif, ekstra perhatian dalam menjalani kehamilan, kontrol teratur, dan yang terpenting berdoa kepada NYA untuk kesehatan dan keselamatan bunda dan baby. Support dari suami juga sangat penting karena tanpa support suami ada rasa takut bagi saya saat ingin hamil lagi dan menjalani kehamilan. Alhamdulillah suami juga selalu memperhatikan setiap gejala yang saya alami dengan memperhatikan napas saya kalau lagi jalan atau lagi tidur, berat badan dan lain-lain.


Ya Allah...Semoga di kehamilan selanjutnya para bunda yang pernah kena ppcm dimudahkan, disehatkan dan tidak mengalami ppcm lagi. Aamiin....

Salam Hangat dari kami....






 










16 komentar:

  1. Mama alena, sy Eva..
    boleh sy minta alamat email atau kontak lainnya?
    Sy butuh sharing pengalaman lengkap mama juga tentang ini, terimakasih banyak sebelumnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal mbak eva...senang bisa sharing tentang masalah peripartum cardiomyopathy ini , soalnya masih jarang yang mengalami, mb eva bisa email ke t_r_lestari@yahoo.co.id

      Hapus
  2. Dear mama alena... Namaku intan
    Sy baru saja melahirkan kembar dan sy mengalami hal yg sama dgn mommy alena...setelah melahirkan sy diagnosa peripartum cardiomyopathy... Sy baru terdiagnosa penyakit ini sebulan yg lalu...blh qta saling share mommy alena? Bs sy minta contactnya. Thanks mom :)

    BalasHapus
  3. Dear mama alena... Namaku intan
    Sy baru saja melahirkan kembar dan sy mengalami hal yg sama dgn mommy alena...setelah melahirkan sy diagnosa peripartum cardiomyopathy... Sy baru terdiagnosa penyakit ini sebulan yg lalu...blh qta saling share mommy alena? Bs sy minta contactnya. Thanks mom :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagaimana keadaan mama intan sekarang setelah 5 bulan pasca melahirkan baby twin nya? sharing dong mom...

      Hapus
  4. Alhamdulillah sdh pulih kembali y bun.
    Saya pun mengalami hal yg sama, skrg yg menjadi pemikiran adlh dokter menyarankan tuk tdk hamil lg krn 40%akan terulang kembali. Apkh bunda mengalamj yg sama jg?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal missT!xs...
      memang benar bunda, sama seperti dokter saya yang mengatakan "ada potensi ppcm terulang kembali di kehamilan selanjutnya". Dokter kandungan saya saat itu memberikan anjuran batas minimum untuk kehamilan kedua yaitu setelah anak pertama kami berumur 1 tahun. Setelah allena berumur 1 tahun di desember 2013, pada bulan februari 2014 saya diketahui hamil yang kedua dan Alhamdulillah, di kehamilan kedua saya kemarin tidak terjadi ppcm pada saat kehamilan maupun saat ini saya sudah 7 bulan pasca melahirkan. Perbedaan saat kehamilan kedua adalah saya lebih waspada terhadap gejala kaki bengkak dan batuk, menambah rutinitas kontrol ke dokter jantung, pola makan lebih sehat dan terus berfikir positif.
      Menurut saya pribadi, apabila hasil kontrol pasca ppcm bunda menyatakan sudah aman 100%, tidak masalah kalau bunda hamil lagi yang penting lebih waspada terhadap gejala-gejalanya dan rutin kontrol ke spog dan ahli jantungnya. Semoga bermanfaat.

      Hapus
  5. hai mba saya juga mengalami pas hamil pertama. O ya dr spog anda kasih treatment apa mba? Saya skr hamil anak ke 2. Takut klo tèrulang lagi. Makasih sharingnya mba.

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  7. salam kenal mba Titin , saya baru saja terdiagnosa ppcm, baru seminggu mulai terapi obat. Tadinya saya agak pesimis untuk sembuh , tapi setelah saya baca postingan dari mba mulai ada semangat lagi di diri saya.
    Makasih ya mba..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih mb fitri, semoga kita bisa saling menguatkan untuk terus sehat supaya bisa merawat dan membesarkan buah hati kita. Saya doakan semoga mb fitri bisa kembali pulih 100% dan di kehamilan selanjutnya tidak terkena ppcm lagi....Aamiin

      Hapus
  8. bund.. aku jg mengalami hal seperti itu.. tapi aku sempat lumpuh pasca mau melahirkan.. dan skrg aku hamil lg bund.. aku takut.. kejadian dulu terulang bund

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat ya bunda atas kehamilannya, semoga selalu diberi kesehatan buat bunda dan baby nya sampai lahiran. Memang ppcm sulit diprediksi kehadirannya bun, namun ada baiknya kalau bunda berfikiran positif karena bisa menjadi energi yang baik bagi kehamilan bunda. Saya dan InsyaAllah bunda2 di blog ini ikut mendoakan bunda, semangat ya bunda.....yang penting bunda lebih siaga dengan segala gejala2 yang berbeda dari kondisi normal, rutin kontrol baik ke spog dan spj nya ya....InsyaAllah dengan doa dan upaya preventif bunda dan baby sehat terussss.......Aamiin YRA

      Hapus
  9. Assalamualaikum bun... salam kenal. Sy jg penderita ppcm pd kehamilan anak pertama. Sudah treatment ±1 thn dan Dr sp jantung sdh confirm bhwa jantung sdh normal kembali. Selang 2th sy konsultasi lg krna rencana mau punya anak lg stelah di echo kondisi jg msh aman jd dkasi lampu hijau untuk hamil lg.

    Tapi setelah konsul ke Spog, malah tdk menyarankan untuk hamil lg krna terlalu beresiko, sy. Akhirnya sy 2nd, 3rd smpai 4th opinion Spog trkenal di RSPI juga tdk ada yg berani.

    Mohon info nyya bun, mmang sprti itu ya? Bunda pas hamil kedua Spog nya siapa ya? Mohon pencerahannya. Terrima kasih

    BalasHapus
  10. Salam kenal moms,saya jg mengalami hal yg sama,saat kelahiran anak 1,saat ini jd takut untuk hamil lg,rencana mau konsul Spj untuk cek kondisi

    BalasHapus
  11. Masih bisa kasih asi gk mam selama pengobatan?

    BalasHapus